Ateis adalah secara
sederhana ialah seseorang yang tidak mempercayai adanya Tuhan atau dewa. Ateis
tidak memiliki keyakinan pada entitas ilahi atau keberadaan makhluk
supranatural. Istilah "ateis" berasal dari bahasa Yunani
"atheos" yang berarti "tanpa Tuhan" atau "tidak ada
Tuhan."
Dalam konteks agama, seorang
ateis menolak keberadaan Tuhan yang dijelaskan oleh agama-agama yang ada.
Mereka bisa memandang keberadaan Tuhan sebagai sesuatu yang tidak masuk akal
secara logis atau tidak dapat dibuktikan secara ilmiah. Beberapa ateis mungkin
memiliki pandangan bahwa keberadaan Tuhan bertentangan dengan pengalaman dan
bukti empiris yang mereka amati di dunia ini.
Seorang ateis mungkin
memiliki berbagai alasan atau argumen untuk menentang atau tidak percaya pada
keberadaan Tuhan, termasuk pertimbangan logis, ilmiah, filosofis, atau moral.
Beberapa ateis mungkin berpendapat bahwa tidak ada bukti yang cukup untuk mendukung
keberadaan Tuhan, sementara yang lain mungkin mempertanyakan konsep Tuhan yang
berbeda dalam berbagai agama.
Awal mula munculnya ateisme
sulit untuk ditelusuri secara pasti karena pandangan ateis telah ada dalam
sejarah manusia sejak zaman kuno. Namun, beberapa pemikir dan filsuf kuno telah
dikenal karena pandangan mereka yang skeptis terhadap keyakinan religius yang
dominan pada zamannya.
Salah satu contoh awal mula
pemikiran ateis adalah dalam filsafat Yunani kuno. Pada abad ke-5 dan ke-4 SM,
di Yunani kuno, terdapat beberapa tokoh filsafat yang diketahui menyatakan
keraguan atau penolakan terhadap keberadaan dewa-dewa Olimpus atau pandangan
religius populer lainnya pada masa itu. Contohnya adalah filsuf atomis seperti
Demokritus dan Epicurus yang memperkenalkan konsep atom dan menyatakan
pandangan materialistik terhadap dunia, serta menolak peran dewa-dewa dalam
mengatur alam semesta.
Selain itu, dalam tradisi
filsafat India, ada aliran filsafat seperti Charvaka atau Lokayata yang muncul
sekitar abad ke-6 SM, yang dikenal karena pandangan ateistik atau materialistik
mereka. Mereka menolak gagasan tentang keberadaan dewa atau reinkarnasi, dan
lebih memilih untuk berpegang pada pandangan materialisme dan hedonisme.
Meskipun pandangan ateis
telah ada sejak zaman kuno, mereka sering kali dihadapkan dengan oposisi dari
pemerintah atau agama yang dominan pada saat itu, sehingga sulit untuk
menemukan rekaman atau catatan yang lengkap tentang pemikiran ateis pada
periode sejarah awal tersebut.
Penting untuk dicatat bahwa
tidak semua ateis memiliki pandangan atau pendekatan yang sama terhadap
keberadaan Tuhan. Ada beragam pandangan dalam spektrum ateisme, dan setiap
individu ateis mungkin memiliki pemahaman dan sudut pandang yang unik terkait dengan
ketiadaan keyakinan pada entitas ilahi.